Senin, 14 Mei 2012

Makalah Perawatan Hidung


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Hidung terdiri dari bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal disangga oleh tulang hidung dan kartilago.  Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang disahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang sempit yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasai (juga disebut konkha) dari dinding lateral.
Rongga hidung dilapisi dengan membrean mukosa yang sangat banyak dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan luar mukosa hidung dan bergerak kebelakan ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup kedalam paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori ( penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertumbuhan usia.
1.2  Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan nlatar belakang tersebut, agar dalam penulissan ini penulis memperoleh yang diinginkan, makan penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
  1. Apakah definisi hidung itu?
  2. Bagaimana anatomi hidung?
  3. Apakah fungsi hidung?
  4. Bagaimana cara merawat hidung?
  5. Apa saja kelainan dan penyakit hidung?
1.3  Tujuan
Tujuan Umum
Mengerti cara perawatan hidung padam pasien dan kelainan serta penyakit hidung
Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui definisi hidung
  2. Untukl mengetahui anatomi hidung
  3. Untuk mengetahui fungsi hidung
  4. Untuk mengetahui cara memeriksa atau merawat hidung
  5. Untuk mengetahui kelainan dan penyakit hidung
BAB 2
PEMBAHASAN


2.1 Definisi
Hidung terdiri dari bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal disangga oleh tulang hidung dan kartilago.  Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang disahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang sempit yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasai (juga disebut konkha) dari dinding lateral.
Rongga hidung dilapisi dengan membrean mukosa yang sangat banyak dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan luar mukosa hidung dan bergerak kebelakan ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup kedalam paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori ( penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertumbuhan usia.
Bentuk luar hidung diperhatikan apakah ada devisi atau depresi tulang hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus paranasal.
Hidung luar berbentuk piramid, dengan puncaknya di atas, dan dasarnya di bawa. Sebagian terdiri dari tulang, dan sebagian lagi dari tulang rawan. Bagian bawah dapat digerakkan, sedangkan bagian atas tidak. Di kiri dan kanan, terdapat lekuk, yang disebut ala nasi.
Terdapat 2 buah lubang hidung di bagian depan, yang disebut neres anterior, sedangkan ke arah nasofaring terdapat 2 buah lagi lubang, yang disebut nares posterior.
Di dalam rongga hidung terdapat septum nasi, yaitu sekat yang membatasi ringga hidung kiri dan kanan. Di bagian depan septum terdapat daerah yang disebut daerah little atau pleksus kieselbach, yaitu tempat bertemunya pembuluh darah dari:
  • Cabang septum dari arteri sfenopalatina
  • Arteri palatina mayor
  • Cabang septum dari arteri labialis superior
  • Dan cabang arteri etmoid anterior


2.2 Perawatan Hidung
Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Perawat mencegah klien jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat menciderai mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif. Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar,iritasi mukosa ,atau kekeringan.
Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu dengan menggunakan waslap basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam air. Aplikator seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang berlebihan dapat juga dibuang dengan pengisap.
Jika klien menggunakan selang makan atau suksion dimsukkan ke dalam melalui hidung maka perawat harus mengganti plester yang mengikat selang minimal sekali sehari. Jika plester lembab karena sekresi nasal,kulit dan mukosa dapat dengan mudah maserasi. Gerakan keatas dan kebawah dari selang menyebabkan cedera jaringan. Perawat harus mengetahui bagaimana melekatkan selang dengan tepat untuk meminimalkan tegangan atau friksi pada lubang hidung. Jika cidera jaringan terjadi, maka perlu melepas selang dan memasukkan selang pada lubang hidung yang lain. Perawat harus selalu membersihkan lubang hidung dengan teliti disekitar selang karena ditempat tersebut terdapat sekresi yang menggumpal.

2.3 Fungsi Hidung
  1. Membentuk muka
  2. Memanaskan dan melembabkan udara yang diinspirasi melalui hidung, oleh karena konka kaya akan pembuluh darah.
  3. Oleh karena banyak banyak kelenjar di selaput lendir hidung, udara pernapasan basah.
  4. Kuman dan debu ditangkap oleh bulu, di dorong oleh silia atau dibinasakan oleh hormon lisosom yang diproduksi oleh mukosa (selaput lendir) hidung.
  5. Mencium bau
  6. Untuk bernapas
  7. Resonasi suara, bila hidung tersumbat suara akan sengau
  8. Menampung alira ingus dar sinus paranasal dan saluran air mata
  9. Benda asing berukuran kecil yang masuk ke dalam hidung akan dikeluarkan dengan bersin.
2.4 Cara memeriksa hidung
Pasien duduk di depan pemeriksa di kursi yang dapat digerakkan ke kiri dan kanan. Pada pemeriksaan yang bekerja dengan tangan kanan (tidak kidal), spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri untuk membuka rongga hidung,guna melihat keaadan hidung. Hidung harus diperhatikan dengan seksama dari atas sampai kebawah,dengan menggerakkan kepala pasien. Dengan tangan kanan dapat dilakukan tindakan,seperti mengambil benda asing atau mengambil sekret untuk melihat keaadan bagian lain hidung, maka dimasukkan kapas yang ditambah dengan adrenalin serta pantokain 2% (atau xilokain 2%) ke dalam rongga hidung untuk 3-5 menit. Sebelum kapas itu diteteskan obat, kapas digulung, kemudian dibakar sedikit, untuk mensterilkannya setelah itu diteteskan adrenalin dan xilokain. Setelah kapas dikelurkan lagi, biasanya rongga hidung akan luas, sehingga kita dapat memeriksa bagian hidung dengan baik. Bila tampak sekret keluar dari metaus medius, yang berarti dari sinus sekitar hidung, dapat diisap keluar dengan alat penghisap.



2.5 Gejala Kelainan Hidung
1. Sumbatan hidung. Hidung tersumbat, mungkin sebelah hidung, atau kedua hidung tersumbat terus menerus atu bergantian. Sumbatan itu dapat disebabkan oleh septum yang tidak lurus, pembesaran konka, benda asing, polip atau tumor.
2. Ingus di hidung. Ingus bisa encer, atau kental, bernanah dan kadang-kadang berbau.
3. Suara sengau (bindeng), oleh karena hidung tersumbat.
4. Sering bersin
5. Nyeri di hidung. Bila ada infeksi atau tumor
6. Hidung berdarah (epistaksis)
7. Hilang penciuman (anosmia)
8. Bernapas melalui mulut, karena hidung tersumbat

2.6 Kelainan dan Penyakit Hidung
1. Atresia hidung
Lubang hidung depan(nares anterior) Atau lubang posterior (nares posterior) dapat tertutup. Hal ini mungkin terjadi sejak lahir (kongenital) atau penyakit seperti sifilis, tuberkulosis, difteri, frambosia atau oleh trauma.
Gejalanya ialah pasien tidak dapat bernapas melalui hidung. Pada atresia nares anterior, mudah terlihat p[enutupan rongga hidung itu. Pada atresia nares posterior, bila terdapat rongga hidung yang penuh oleh ingus dan pasien tidak dapat bernapas melalui hidung, maka perlu dilakukannya beberapa pemeriksan kusus.
Untuk menolong kasus sperti ini, perlu dilalukan operasi, kemudian dipasang pipa untuk sementara, supaya lubang yang dibuat tidak menutup lagi.
2. Epistaksis
Perdarahan hidung atau juga bisaa disebut epistaksis, mungkin hannya sedikit, (ringan), mungkin sanagat banyak. Penyebabnya mungkin sebagai kelainan lokal, mungkin juga penyakit sitemik.
Kelainan lokal bisa disebkan oleh:
a)      Pembuluh darah di bagian depan septum (pleksus Kieselbach) yang letaknya sangat superfisial (di permukaan), sedangkan mukosa tipis. Hal ini sering ditemukan oleh anak-anak
b)      Trauma, seperti ketika mengorek hidung, benturan pad hidung, dari yang ringan sampaii berat.
c)      Infeksi hidung.
d)     Tumor hidung, tumor sinus paranasal atau tumor nasofaring.
Kelainan sistemik yang dapat menyebabkan epistaksis ialah:
a)      Penyakit perdarahan, yaitu faktor pembekuan darah atau pembuluh darah yang nkurang bauik.
b)      Penyakit infeksi, seperti deman berdarah.
c)      Penyakit hepatitis.
d)     Penyakit hipertensi.
e)      Penyakit diabetes melitus.
f)       Penyakit nefritis kronis.
g)      Sifilis.
h)      Pada wanita hamil, karena gangguan hormonal.
i)        Perubahan tekanan udara (seperti yang dialami penyelam atau penerbang).
Bentuk epistaksis
1.      Perdarahan anterior yaitu perdarahan pada bagian depan hidung, pada keadaan ini daraah akan banyak tampak mengalir dari depan hidung.
2.      Perdarahan posterior yaitu perdarahan dari bagian belakang hidung, atau dari nasofaring. Akan tampak darah banyak keluar dari mulut, selain dari hidung.
Cara menolong pasien dengan epistaksis
Perawat yang menerima pasien sebelum memanggil dokter yang akan menolong melakukan:
  1. Pasien didudukkan atau berbaring setengah duduk, dengan kepala ditundukkan. Hal ini untuk mencegah darah masuk kedalam saluran nafas yang menyebabkan pasien sesak nafas.
  2. Dimuka pasien diletakkan bengkok untuk menampung darah
  3. Ukur tensi dan ukur nadi, bila tensi turun (tanda syok) siapkan infus.
  4. Cuping hidung dipencet. Hal ini dapat menolong mengurangi perdarahan apabila perdarahan berasal dari pleksus kiesel-bach.
  5. Menyediakan alat-alat:
1.      Lampu kepala
2.      Spekulum hidung
3.      Alat pengisap
4.      Pinset
5.      Kapas
6.      Tampon gulung
7.      Kateter
8.      Tampon belllocq. Tampon ini adalah kain kasa yang dilipat atau digulung, kemudian diikat dengan 2 buah tali, sehingga ujung tali pada satu sisi 2 lembar, sedangkan pada sisi lainya selembar. Tampon ini diperlukan utuk menolong perdarahan posterior.
9.      Adrenalin
10.  Vaselin atau salep antibiotik
11.  Nitras argenti 25%
12.  Alat pelilit (aplikator) kapas
13.  Api spiritus
Sebelum menolong pasien dokter akan memriksa dan mencari tempat perdarahan. Pasien duduk, kemudian hidung dibuka dengan spekulum hidung dan darah di hidung dihisap. Dengan cara ini akan tampak dari mana asal perdarahan. Kalau perlu diberi tampon kapas yang telah diteteskan adrenalin.
3. Truma hidung
a)      Lecet/luka terbuka dikulit hidung
b)      Epistaksis
c)      Luksasi septum nasi
d)     Fraktur tulang hidung
e)      Fraktur muka, yaitu hidung dan sekirtanya
Gejala
Pada luksasi hidung, tampak hidungn tidak simetris. Mungkin terdorong ke kana /ke kiri atau ke dalam.
Pada fraktur tulang hidung, akan tampak:
·         Bentuk hidung berubah
·         Epistaksis, oleh karena mukosa hidung robeki
·         Krepitasi, yaitu teraba tulang yang pecah
·         Hidung serta jaringan sekirtany bengkak
·         Kadang-kadang teraba udara di bawah kulit (emfisema kulit).
Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinik dan dapat dibantu dengan foto Rontgen.
Cara menolong
Untuk luksasi hidung, dapat didorong kembali ketempatnya dengan menggunakan cunam ash, dengan catatan, belum terdapat endema supaya dapat menilai apakah hidung telah simetris kembali. Sebaiknya dilakukan sebelum 24 jam, dan dapat dilakukan di poliklinik, hanya dengan analgesik (lokal)
Pada fraktur tulang hidung atau luksasi hidung yang telah membengkak, maka pertolongan diberikan setelah pembekakan hilang, sal saja tidak lebih dari 2 minggu, jadi sebelum terbentuk kalus yaitu tulang. Tindakan pertolongannya harus dikamar bedah, sebaiknya dengan anastesi (umum). Tulang yang patah dilepaskan, mempergunakan cunam, kemudian disusun kembali. Untuk mempertahankan bentuknya, di luar hidung dipasang topeng dari gips (8 lapis), diletakkan dengan plester secara rapi dan kuat. Di dalam hidung dapasang tampon anteior, oleh karena mukosa hidung lecet dan untuk menghentikan perdarahan. Tampon dikeluarkan pada hari ketiga dan topeng muka dibuka setelah seminggu.
Pada fraktur hidung beserta jaringan sekitarnya (muka) atau hidung yang copot perlu tindakan plastik rekontruksi.

4. Benda asing di hidung
Anak kecil yang berumur antara 2-4 tahun senag sekali memasukkan apa yang dilihatnya kedalam hidung, telinga, atau mulut.
Gejala benda asing di hidung
  • Hidung tersumbat
  • Bila sudah beberapa hari hidung berbau, serta terdapat ingus kental di hidung yang berisi benda asing.
Macam benda asing
  • Biji-bijian, seperti jagung, biji buah, gabah
  • Gulungan kertas
  • Manik
Cara menolong
  • Pasien harus didudukan \
  • Dengan spekulum hidung, hidung dibuka dan dicari benda asing
  • Benda asing dikelurkan dengan benda pengait. Alat pengait itu di masukkan melampui benda asing, kemudian dengan menurun kan alat pengait, benda asinng didorong ke muka (ke luar)
  • Untuk mengelurkan lintah dapt diteteskan air tembakau, supaya ia keluar dari persembunyiannya. Setelah itu dipegang dengan pinset.
Yang tidak boleh dilakukan bila benda asing di dalam romngga hidung:
  • Mendorong benda asing ke nasofarinbg, dengan harapan akan dikeluarkan melalui mulut. Hal ini salah oleh karena benda dari hidung akan mudah masuk kedalam saluran napas bawah, yaitu trakea dan bronkus
  • Mengambil benda asing dengan pinset. Benda asing di hidung sudah diliputi oleh ingus jadi sudah licin, maka tidak dapat dipegang dengan pinset kecuali lintah.
5. Radang hidung akut (rinitis akut)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya rinitis akut:
  1. Cuaca dingin dan lembab
  2. Inhalasi zat kimia yang mengiritasi
  3. Pemaparan oleh udara berdebu
  4. Kelelahan
  5. Septum nasi yang bengkok
  6. Poloip hidung
  7. Adenoid yang membesar pada anak-anak
  8. Tonsil yang sering meradang
  9. Kurang vitamin
  10. Higiena buruk
Penyebab rinitis akut
Penyebabnya ialah infeksi virus yang diikuti dengan infeksi kuman seperti Streptokokus, pneumokokus, stafilokokus dan hemofilus influensa.
Gejala
  1. Stadium pertama: bersin, diikuti dengan hidung tersumbat. Biasanya terdapat sakit kepala dan suhu tubuh sedikit meningkat.
  2. Stadium kedua: terdapat ingus banyak, mulanya encer, lama lama kental. Demam, mata berair serta sakit kepala, meriang (rasa mendingin), tidak nafsu makan, lesu. Penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
  3. Stadium ketiga: ingus kental, hidung tersumbat. Penyakit dapat menjalar ke sinus paranasal, telinga, faring, laring dan paru.
Pengobatan
Oleh karena penyakit ini dapat sembuh sendiri, maka terutama dilakukan:
  1. Istiraht baring. Sebaiknya tersendiri, oleh karena penyakit ini dapat menular.
  2. Beri makanan yang lunak yang cukup gizi dan vitamin.
6. Radang hidung kronis(rinitis kronis)
Penyebab
  1. Rinitis akut yang sering kambuh
  2. Cuaca dingin lembab dan berdebu
  3. Septum nasi yang bengkok
  4. Radang sinus paranasal (sinusitis)
  5. Tonsil yang sering meradang (tonsilitis kronis)
  6. Adenoid yang mebesar pada anak
  7. Alergi
Gejala
Hidung tersumbat dengan ingus kental. Sering disertai dengan penciuman yang berkurang.
Pengobatan
Menghilangkan faktor penyebabnya. Pemakaian obat tetes hidung untuk menghilangkan sumbatan hidung, hanya boleh atas intruksi dokter: jangan memakai obat ini dengan sembarangan, oleh karena akibatnya pasien akan tidak dapat lepas dari obat tetes itu  dan menderita rinitis yang sukar diobati.
7. Rinitis Alergi

Rinitis alergi merupakan gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah pajanan alergen melalui inflamasi yang diperantarai oleh Imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tersebut pada mukosa hidung. Onset pajanan alergen terjadi lama dan gejala umumnya ringan, kecuali bila ada komplikasi sinusitis.


Rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan:

1. Lama gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
·         Intermiten: Gejala <4 hari per minggu dan lamanya <4 minggu
·         Persisten: Gejala >4 hari per minggu dan lamanya >4 minggu
2. Berdasarkan berat gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
·         Ringan (tidur normal, aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai normal, tidak ada keluhan yang mengganggu)
·         Berat (satu atau lebih gejala, tidur terganggu, aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai terganggu, gangguan saat bekerja dan sekolah, ada keluhan yang mengganggu)

Diagnosis

Ditentukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
  • Onset pajanan umumnya lama; ditanyakan : lama, frekuensi, waktu timbulnya dan beratnya penyakit
  • Hidung berair, hidung tersumbat, post-nasal drip, gatal di hidung dan rongga mulut, bersinbersin
  • Mata merah, gatal dan berair
  • Riwayat atopi dalam keluarga (asma, dermatitis atopi, rinitis alergi)
  • Petanda atopi (allergic shiner, geographic tongue, Dennie Morgan’s line, allergic salute).
  • Sekret hidung bening dan cair, hipertrofi konka, mukosa dan konka hidung pucat.
  • Hiperemia dan edema konjungtiva
  • Pemeriksaan penunjang
Yang biasa diperiksa pada rinitis alergi yaitu pemeriksaan darah tepi (hitung jenis eosinofil meningkat, hitung total eosinofil meningkat), kadar IgE total meningkat, sitologi mukosa hidung: persentase eosinofil meningkat, uji kulit alergen untuk menentukan alergen penyebab, foto sinus paranasalis (usia 4 tahun ke atas) atau CT-scan bila dicurigai komplikasi sinusitis atau adanya deviasi septum nasi.
Penatalaksanaan

  • Hindari alergen
  • Medikamentosa. Pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat-ringannya gejala. Obat yang biasa digunakan adalah antihistamin H1 generasi I, antihistamin H1 generasi II, dan bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah pseudoefedrin
  • Pada rinitis alergi persisten, bisa diberikan antihistamin generasi II (setirizin) jangka lama. Bila gejala tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid intranasal misalnya mometason atau flutikason.
  • Tindakan bedah. Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus-kasus selektif misalnya sinusitis dengan air-fluid level atau deviasi septum nasi.



Pendidikan/Nasihat

  • Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan dan
  • pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala, mengingat rinitis Alergi adalah penyakit
  • kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian
  • menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.














BAB 3
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Hidung merupakan indra pembau yang mempunyai fungsi terpenting yakni bernafas. Hidung luar berbentuk piramid, dengan puncaknya diatas dan dasarnya bawah. Didalam rongga hidung terdapat septum nasi yaitu sekat yang meberi daerah rongga hidung kiri dan kanan.
Sebagai organ pernafasan kita bharus menjaga kebersihan hidung itu sendiri agar udara yang masuk ke tubuh kita juga berupa udara yang kaya akan o2 dan juga untuk menghindari penyakit dan kelainan pada hidung.

3.2 Saran
Demikianlah makalah kami semoga bermanfaat bagi kita semua dan juga agar mengetahui bagaimana proses perawatan hidung dengan benar.








Daftar Pustaka


Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Editor H Nurbaity Iskandar. H Efiaty Arsyad Soepradi. FKUI. Jakarta. 1990
Nurbaiti Iskandar. Ilmu Penyakit THT Untu Perawat. FKUI. Jakarta. 2006
Henny.kartika (2007) Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal. WordPress.com. (December 29, 2007) Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar